caro

Selasa, 26 April 2011

(skripsi) meningkatkan keaktifan belajar pada mata pelajaran bahasa indonesia melalui metode brain storming di SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia. oleh karena itu, dari waktu kewaktu selalu ada usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilihat dari semakin banyaknya didirikan lembaga-lembaga pendidikan.
Pendidikan tidak akan terlepas dari proses belajar mengajar. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan  pengajarannya dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.[1]
Dalam proses pendidikan, guru merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswanya. Dengan demikian, guru dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya dituntut agar mampu menyampaikan materi pelajaran dan menguasai bahan pelajaran, tetapi harus dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru hendaknya selalu berusaha memberikan bimbingan dan selalu mendorong semangat belajar anak didik, mengorganisasikan kegiatan belajar sebaik mungkin dan menjadi media informasi yang sangat dibutuhkan siswa dibidang pengetahuan, keterampilan dan prilaku atau sikap.[2]
Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasa disebut metode mengajar.[3]
Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan.[4]
Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam proses belajar mengajar  studi Bahasa Indonesia dibutuhkan adanya komunikasi antara guru dan siswa yang edukatif dan timbal balik yang harus dicapai oleh guru dan siswa. Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia disekolah dasar adalah untuk melatih siswa agar mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam hal membaca, manulis, bercerita dan menyimak. Keempat aspek pembelajaran tersebut di dalam pembelajaran hendaknya dilakukan secara terpadu dengan pendekatan proses dan pendekatan hasil. Kegiatan berbahasa manusia yang paling mudah dikenali adalah bahasa lisannya. Komunikasi verbal, dan berbicara merupakan komunikasi yang paling efektif dan efesien.[5]
Kurikulum menuntut murid untuk bersikap aktif, kereatif dan inopatif dalam menanggapi setiap pelajaran yang diajarkan. Setiap murid harus dapat memamfaatkan ilmu yang di perolehnya dalam kehidupan sehari-hari. untuk itu, setiap pelajaran selalu dikaitkan dengan lingkungan sosial masyarakat. Sikap aktif, kreatif dan inovatif terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subjek pendidikan. Peran guru disini adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber utama pembelajaran.[6]
Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dalam aspek berbicara adalah metode Brain-Storming.
Metode Brain Storming adalah suatu teknik atau cara mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan cara melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu  yang sangat singkat.[7]
Menurut St. Y. Slamet metode  brain storming  adalah aktivitas dari sekelompok orang yang mengemukakan gagasan yang baru sebanyak-banyaknya.[8]
Tujuan penggunaan metode sumbang saran ini adalah menguras habis segala sesuatu yang dipikirkan oleh siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru kepadanya. Dalam pelaksanaan metode sumbang saran ini, guru bertugas memberikan masalah yang mampu merangsang pikiran siswa sehingga mereka mampu menanggapi. Guru tidak boleh menanggapi pendapat siswa, baik benar maupun salah, juga tidak perlu menyimpulkannya. Guru hanya menampung semua pertanyaan tanpa memberi komentar dan mengevaluasi pendapat siswa sehingga semua siswa didalam kelas mendapat giliran. Siswa bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan pendapat, komentar, bertanya, atau mengemukakan masalah baru. Mereka belajar dan berlatih untuk merumuskan pendapat dengan bahasa dan kalimat yang baik.[9]
Untuk latihan permulaan yang bertujuan melatih kemampuan berbicara sesama, lebih efektif kalau dilaksanakan secara  kelompok. Mengingat jumlah peserta cukup banyak dalam suatu kelompok, maka untuk melibatkan setiap individu, diskusi kelompok lebih tepat. Selain untuk mencapai keefektifan berbicara, diskusi kelompok juga dapat menghilangkan kejemuan dalam berdiskusi karena :
1.      Diskusi lebih banyak melatih anggota / peserta berfikir logis (dalam diskusi ada proses adu argumentasi);
2.      Argumentasi yang dikemukakan mendapat penilaian dari anggota lain, sehingga hal ini dapat meningkatkan kemampuan berfikir dalam memecahkan suatu masalah;
3.      Umpan balik dapat diterima secara langsung, sehingga hal ini dapadt memperbaiki cara berbicara sipembicara, baik yang menyangkut factor kebahasaan atau non kebahasaan;
4.      Peserta yang fasif dapat dirangsang supaya aktif berbicara oleh moderator atau peserta yang lain;
5.      Para peserta diskusi turut memberikan saham, turut mempertimbangkan gagasan yang berbeda-beda dan turut merumuskan bersama tanpa nafsu untuk menang sendiri.[10]
Dari uraian diatas dapat disimpulkan metode brain storming efektif untuk meningkatkan keaktifan belajar pada kemampuan berbicara di kelas V SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu.
Berdasarkan study pendahuluan yang penulis lakukan di SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu penulis melihat murid tidak begitu aktif dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia pada Standar Kompetensi Berbicara, kondisi ini terlihat dari gejala-gejala sebagai berikut :
1.      Siswa cepat merasa bosan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia;
2.      Hanya sebagian kecil siswa yang ikut berpartisipasi aktif disaat proses pembelajaran;
3.      Guru lebih banyak memberi atau berceramah dan siswa hanya mendengarkan saja;
4.      Siswa tidak dapat mengembangkan bakat, minat dan kemampuan berbicara disebabkan kekurangtepatan guru memilih metode dan pendekatan di dalam pembelajaran selama ini;
5.      Siswa tidak tertarik terhadap pembelajaran, yang mengakibatkan siswa benyak bergurau dan main-main;
6.      Hanya beberapa orang siswa saja yang mau menyimak guru dengan baik;
7.      siswa tidak berani untuk berpendapat.
Dari gejala-gejala ini maka penulis menyimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa pada kemampuan berbicara kelas V SDN 019 Tabing ini harus ditingkatkan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Guru harus kreatif dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan cara memilih metode yang tepat dan merangsang siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menerapkan metode Brain-Storming ini untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada kemampuan berbicara  di kelas V SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu, dengan mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan keaktifan belajar kemampuan berbicara melalui metode brain storming pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar”

B.     Defenisi Istilah
Untuk memperjelas arah penelitian ini, ada beberapa istilah yang perlu didefenisikan yaitu :
1.      Meningkatkan adalah menaikan, mempertinggi, memperhebat[11] Yaitu mempertinggi keaktifan belajar.
2.      Keaktifan didalam kamus Bahasa Indonesia artinya adalah kegiatan atau kesibukan[12]. Keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan siswa dalam mengikuti proses belajar.
3.      Kemampuan berbicara adalah standar kompetensi berbicara yaitu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama[13]. Yaitu keaktifan belajar anak didik pada standar kompetensi berbicara.
4.      Mata Pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu Mata Pelajaran yang di pelajari di SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu.
5.      Metode Brain Storming adalah suatu teknik atau cara mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan cara melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu  yang sangat singkat.[14]
6.      Meningkatkan keaktifan belajar kemampuan berbicara melalui metode brain storming pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu  adalah upaya yang dilakukan untuk meningkat keaktifan belajar pada standar kompetensi berbicara dengan menggunakan metode pembelajaran curah  pendapat dengan memberikan suatu masalah kepada siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan komentar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah : Apakah melalui penerapan metode brain storming dapat meningkatkan keaktifan belajar kemampuan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN 019 tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar  ?




D.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.    Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah keaktifan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SDN 019 Tabing kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar dapat ditingkatkan melalui metode brain storming.
2.    Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh mamfaat antara lain :
                       a.      Bagi Siswa
Untuk meningkatkan keaktifan belajar kemampuan berbicara siswa kelas V SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu.
                       b.      Bagi Guru
1)      Untuk dapat mengetahui berbagai metode yang dapat meningkat keaktifan belajar siswa;
2)      Sebagai masukan bagi guru bahwa salah satu metode yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah metode brain storming.
                       c.      Bagi Sekolah
1)      Meningkatkan prestasi sekolah yang dapat dilihat dari peningkatan keaktifan belajar siswa;
2)      Meningkatkan produktivitas sekolah melalui peningkatan kualitas belajar.

                      d.      Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan penilis terutama dalam bidang  perbaikan pembelajaran.




















BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Kerangka Teoretis
1.      Keaktifan Belajar
a.       Pengertian keaktifan belajar
Keaktifan belajar dapat dilihat dari aktifitas siswa selama proses pembelajaran. Jika siswa sudah terlibat di dalam proses pembelajaran, maka siswa akan merasakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Belajar aktif merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan  rajin dan sungguh-sungguh. Kegiatan disini sering diartikan dengan kesibukan dan kegiatan yang mengarahkan seluruh tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, aktivitas dapat dikatakan sebagai kegiatan atau kesibukan seseorang atau menggunakan tenaga, pikiran untuk mencapai tujuan tertentu kesemuanya itu untuk mencapai kemampuan yang optimal.[15]
Menurut nawawi alfatru, Keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatankegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik . Aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional . Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada peserta didik, sebab dengan adanya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif..[16]
Aktifitas belajar menurut Paul D. Dierich dibagi menjadi 8 kelompok yaitu :
1)      kegiatan visual contohnya : membaca, melihat gambar-gambar, mengamati orang bermain dan lain-lain;
2)      Kegiatan-kegiatan lisan contohnya : mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi;
3)      Kegiatan-kegiatan mendengarkan contohnya : mendengarkan penyajian suatu bahan;
4)      Kegiatan-kegiatan menulis contohnya : menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan lain-lain;
5)      Kegiatan-kegiatan menggambar, contohnya menggambar, membuat grafik, peta dan pola;
6)      Kegiatan-kegiatan metrik, contohnya melakukan percobaan, membuat intruksi model dan lain-lain;
7)      Kegiatan mental contohnya  merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, membuat keputusan dan lain-lain;
8)      Kegiatan-kegiatan emosional contohnya : minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.[17]
Menurut Desi pembelajaran yang aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
1)      Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan analisis dan kritis terhadap topik atau penyuluhan yang dibahas;
2)      Siswa tidak hanya mendengarkan pembelajaran secara pasif tetapi, megerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran;
3)      Penekanan  pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap yang berkenaan dengan materi pembelajaran;
4)      Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi;
5)      Umpan balik yang cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.[18]
Menurut Dr. Ahmad Tafsir dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran siswa aktif harus ada hal-hal sebagai berikut :
1)      Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan secara bebas dan terkendali;
2)      Guru tidak mendominasi pengajaran tetapi lebih banyak memberi rangsangan agar siswa memecahkan sendiri masalah;
3)      Guru mengusahakan tersedianya sumber belajar seperti sumber tertulis, sumber manusia, alat bantu pengajaran;
4)      Kegiatan tidak menoton, ada kegiatan yang dilakukan bersama-sama ada yang dilakukan perseorangan;
5)      Hubungan murid dengan guru berupa hubungan manusiawi seperti hubungan bapak dengan anak. Kasih sayang dan tanggung jawab muncul di sini. Guru sebagai pemimpin dan pembimbing belajar;
6)      Situasi kelas tidak kaku menuruti susunan yang  mati, sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan kebuthan;
7)      Belajar tidak hanya diukur pada hasil yang dicapai siswa melainkan juga pada mutu proses belajar-mengajar yang dilakukan siswa;
8)      Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya, kepada guru maupun kepada murid lainnya;
9)      Guru selalu menghargai pendapat murid, benar maupun salah, tidak menekan apalagi mematikan keberanian siswa mengajukan gagasannya.[19]
Dari uraian di atas penulis memakai keaktifan belajar yang dikemukakan oleh Dr. Ahmad Tafsir. Keaktifan belajar adalah siswa melakukan kegiatan secara bebas, tidak takut berpendapat, memecahkan masalah sendiri, membaca sumber belajar yang diberikan oleh guru, bias belajar secara individu ataupun kelompok, ada timbale balik antara guru dan siswa baik itu menjawab pertanyaan ataupun memberikan komentar, dan siswa selalu termotivasi untuk berpendapat.
b.      Cara mengukur keaktifan belajar
Untuk dapat mengukur keaktifan belajar dapat dilakukan dengan observasi. Berhubung penelitian ini tentang kekaktifan belajar siswa pada kemampuan berbicara yang menjadi indikator penentu keaktifan belajar pada kemampuan berbicara tersebut adalah :
1)      Membentuk kelompok sesuai dengan yang dibagi guru;
2)      Membacakan dan memperhatikan sebuah cerita;
3)      Memperhatikan cerita yang disampaikan;
4)      Menyebut pokok-pokok masalah yang ada di dalam cerita;
5)      Memberikan pendapat atau komentar terhadap masalah;
6)      Menuliskan sebuah masalah yang dihadapi;
7)      Membacakan masalah di depan kelas;
8)      Memperhatikan maslah yang dihadapi kawan;
9)      Memberikan pendapat atau saran terhadap masalah yang diceritakan kawan;
10)  Ikut mengevaluasi pendapat-pendapat yang muncul.[20]
Untuk membuat siswa menjadi aktif maka seorang guru harus lebih kreatif baik itu dalam mengajarnya maupun dalam memilih strategi dan metode yang tepat untuk dipakai dalam mengajar.
Sebagai pengajar, guru harus mengatahui tugas utamanya sebagai seorang guru. Menurut Susi Susanti, tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik anak didik. Sebagai pengajar, seorang guru merupakan perantara aktif (medium) antara anak didik dan ilmu pengetahuan. Sedangkan sebagian guru merupakan perantara aktif antara anak didik dengan haluan filsafat Negara dan kehidupan masyarakat dengan segala macam aspeknya.[21]
Berkenaan dengan tugas utama tersebut, seorang guru wajib memiliki segala sesuatu yang berhubungan dengan tugasnya sebagai pengajar. Seperti pengetahuan, keterampilan, sifat-sifat kepribadian serta kesehatan jasmani dan rohani.
Peran guru dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah sangat penting. Peran dan kedudukan guru yang tepat dari interaksi edukatif tersebut sangat mendukung keberhasilan murid dalam belajar Bahasa Indonesia dan potensi yang dibawanya sejak lahir. Ia belajar sesuai individunya masing-msing. Peran guru dalam membantu proses belajar mengajar murid sangatlah diharapkan. Setiap guru harus mengetahui sifat khusus murid serta berusaha membantunya semaksimal mungkin.
Menurut Roestiyah, N. K, peranan guru dalam  proses belajar mengajar adalah :
1)   Fasilitator;
2)   Pembimbing;
3)   Motivator;
4)   Organisator;
5)   Nara Sumber.[22]
Sedangkan menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah peran guru antara lain :
1)   Korektor;
2)   Inspirator;
3)   Informatory;
4)   Organisator;
5)   Motivator;
6)   Inisiator;
7)   Fasilitator;
8)   Pembimbing;
9)   Demonstrator;
10)  Pengelola kelas;
11)  Mediator;
12)  Supervisor;
13)  Evaluator.[23]
Dari penjelassan diatas menjelaskan bahwa guru adalah kunci  kebehasilan dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu untuk membelajarkan siswa dan lebih kreatif untuk memilih metode yang cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.
2.      Metode Brain Stormin
                   a.      Pengertian metode  Brain Storming
Menurut Roestiyah, N. K, metode  Brain Storming  adalah suatu teknik atau cara mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Metode ini dilaksanakan dengan cara melontarkan suatu masalah ke kelas, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu  yang sangat singkat.[24]
Tujuan dari teknik ini ialah untuk menguras habis, apa yang dipikirkan para siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru ke kelas tersebut.[25]
Murid bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan pendapat, komentar atau bertanya, atau mengemukakan masalah baru. Mereka belajar dan berlatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik. Siswa yang kurang aktif perlu dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut berpartisipasi aktif dan berani mengemukakan pendapatnya.
Sedangkan menurut Moejiono, Dkk., Mengatakan pada metode ini terjadi pencurahan gagasan secara spontan yang berhubungan dengan bidang minat atau kebutuhan kelompok untuk mencapai suatu keputusan.[26]
H. Syaiful Sagala mengatakan, metode ini dimaksudkan untuk menampung sejumlah pendapat dari para anggota diskusi sebagai bahan pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Semua pendapat tanpa didiskusikan lebih jauh, ditampung saja. Pemimpin atau pihak lain yang ditunjuk mencoba memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai pendapat tadi.[27]
Menurut St. Y. Slamet, metode  brain storming  adalah aktivitas dari sekelompok orang yang mengemukakan gagasan yang baru sebanyak-banyaknya.[28]
Menurut A. Surjadi, M. A pemimpin mengemukakan suatu masalah kepada para anggota kelompok dan diminta untuk mengemukakan saran-saran untuk memecahkannya.[29]
Dari beberapa pendapat di atas, sesuai dengan pendapat Rostoyah N. K, bahwa metode brain storming adalah metode yang dilakukan oleh guru dengan cara melntarkan masalah kepada siswa kemudian siswa memberikan komentar, pendapat, atau mengemukakan masalah baru.
                  b.      Tujuan penggunaan Metode Brain Storming
Tujuan penggunaan metode ini adalah menguras habis segala sesuatu yang dipikirkan oleh siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru kepadanya.[30]
Sedangkan menuurut A. Surjadi tujuan penggunaan metode brain storming  adalah untuk memperoleh berbagai kemungkinan pemecahan suatu masalah.[31]
M. Subana dan Sunarti mangatakan, metode Brain Storming sesuai untuk :
1)      Kelas yang berharap dapat mengenali berbagai gagasan pilihan sebelum mendapat landasan pemikiran untuk membuat sesuatu keputusan;
2)      Kebutuhan yang mempertimbangkan berbagai aspek dari suatu masalah sebelum hal itu dapat didefenisikan;
3)      Memaksimalkan partisipasi dari semua siswa dalam kelas, terutama memberikan kesempatan yang akan dikemukakan, apakah merupakan saran atau gagasan yang benar.[32]
Dari uraian diatas dapat disimpulkan tujuan penggunaan metode brain storming adalah untuk merangsang siswa untuk aktif dalam menanggapi dan memberikan saran terhadap suattu masalah yang dilontarkan kepadanya.
c.       Teknik pelaksanaan metode Brain Storming
Dalam pelaksanaan metode ini, guru bertugas memberikan masalah yang mampu merangsang pikiran siswa sehingga mereka mampu menanggapi. Guru tidak boleh menanggapi pendapat siswa, baik benar atau salah, juga tidak perlu menyimpulkannya. Siswa bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan pendapat, komentar, bertanya atau mengemukakan masalah baru. Mereka belajar dan berlatih merumuskan pendapat dengan bahasa dan kalimat yang baik.
Teknik pelaksanaan metode Brain Storming  dalam kelas adalah sebagai berikut :
1)      Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok;
2)      Guru menyampaikan suatu materi;
3)      Guru melontarkan masalah kepada siswa;
4)      Siswa mengemukakan pendapat atau komentar, sedangkan guru mencatatnya di papan tulis tanpa mengadakan perubahan;
5)      Guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi setiap gagasan yang telah dikemukakan tadi.[33]
Sedangkan  menurut A. Surjadi tugas-tugas dalam penerapan metode brain storming adalah :[34]
1)      Pemimpin
a)      Hantarkanlah masalah ataupun isu yang dihadapi kelompok;
b)      Tunjuklah seorang penulis yang mencatat saran-saran yang diajukan anggota kelompok;
c)      Kemukakanlah peraturan-peraturan pokok bagi para anggota :
ü      Mengemukakan pemecahan dengan cepat;
ü      Kemukakanlah setiap gagasan yang terlintas dalam pikiran;
ü      Hindarkanlah mengevaluasi gagasan-gagasan orang lain.
d)     Tentukanlah berapa lamanya curah pendapat ini berlangsung;
e)      Mintalah saran-saran untuk pemecahannya;
f)       Tunjuklah sebuah komite untuk mengevaluasi bagaimana saran-saran itu dilaksanakan, atau pimpinlah kelompok itu agar kelompok bisa mengevaluasi secara cepat.
2)      Anggota-anggota kelompok
a)      Berpikirlah dalam-dalam;
b)      Kenakanlah setiap gagasan yang terlintas dalam pikiran sekalipun tidak masuk diakal;
c)      Jangan mengomentari, baik positif maupun negatif tentang saran-saran yang dikemukakan oleh anggota-anggota kelompok lainnya;
d)     Membantu mengevaluasi saran-saran itu bila curah pendapat telah selesai;
e)      Tentukanlah bagaimana informasi ini dipergunakan dan dilaksanakan;
f)       Membantu dalam mengevaluasi pengalaman belajar para warga belajar.
d.      Keunggulan metode  Brain Storming
1)      Anak-anak aktif berpikir untuk menyatakan pendapat;
2)      Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis;
3)      Merangsang siswa untuk selalu siap perpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru;
4)      Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran;
5)      Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pendai atau dari guru;
6)      Terjadi persaingan yang sehat;
7)      Anak merasa bebas dan gembira;
8)      Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.[35]
Sedangkan keunggulan lain menurut Moejiono, dkk adalah sebagai berikut :
1)      Merangsang semua siswa untuk turut ambil bagian;
2)      Manghasilkan reaksi yang berkaitan;
3)      Tidak manyita banyak waktu;
4)      Dapat digunakan dikelas besar maupun kecil;
5)      Tidak memerlukan pemimpin diskusi yang hebat;
6)      Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.[36]
e.       Kekurangan metode  Brain Storming
1)      Guru kurang memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik;
2)      Anak yang kurang selalu ketinggalan;
3)      Kadang-kadang  pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang andai saja;
4)      Guru hanya menampung pendapat dan tidak pernah merumuskan kesimpulan;
5)      Siswa tidak cepat tahu apakah pendapatnya itu benar atau salah;
6)      Tidak menjamin hasil pemecahan masalah;
7)      Masalah bisa berkembang kearah yang tidak diharapkan.[37]
3.      Bahasa Indonesia
      Kegiatan berbahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kegiatan berbahasa tersebut ada yang bersifat reseptif dan ada yang bersifat produktif. Kedua kegiatan berbahasa ini saling melengkapi dalam keseluruhan aktivitas komunikasi. Kegiatan bahasa yang bersifat reseptif meliputi keterampilan membaca dan menyimak, sedangkan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif meliputi kegiatan berbicara dan menulis.[38]
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu :
                                    a.      Keterampilan menyimak;
                                    b.      Keterampilan berbicara;
                                    c.           Keterampilan membaca;
                                   d.      Keterampilan menulis.[39]
Dari keempat keterampilan tersebut, keterampilan yang sangat penting di dalam berkomunikasi adalah keterampilan berbicara dan mendengar. Karena di dalam kegiatan berkomunikasi sebagian manusia melakukan tatap muka langsung dengan bahasa lisan. Dalam kegiatan tersebut, para peserta komunikasi saling bergantian. Jadi, di dalam berkomunikasi adakalanya seseorang itu menjadi pembicara, dan adakalanya menjadi pendengar. Didalam peristiwa khusus seperti seminar atau sejenisnya, kesempatan untuk mendengar lebih banyak dibandingkan menjadi pembicara.[40]
Dari uraian tadi dapat kita simpulkan bahwa menjadi pendengar siapa saja bisa, sedangkan menjadi pembicara tidak semua orang bisa, baik itu bisa dalam arti mampu ataupun bisa dalam arti mendapatkan kesempatan. Oleh karena itu, seorang guru harus lebih meningkatkan kualitas berbicara anak didiknya, dengan harapan agar anak didiknya bukan hanya sebagai pendengar tetapi juga mampu untuk menjadi pembicara.
4.      Kemampuan berbicara
     Berbicara adalah salah satu cara berkomunikasi yang sangat diperlukan diberbagai keperluan. Kita dituntut untuk terampil berbicara agar sewaktu-sewaktu dapat menyampaikan informasi kepada siapapun dengan baik dan benar.
                         a.      Hakikat berbicara
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud bisa berupa gagasan, pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain. Berbicara lebih daripada sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah sarana untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak. Berbicara dapat dimamfaatkan untuk dua hal yaitu untuk mengkomunikasikan ide, perasaan,  kemauan dan untuk menambah pengetahuan pengalaman dan cakrawala. Berbicara salah satu alat komunikasi penting untuk dapat menyatakan diri sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, untuk menghubungkan sesama anggota masyarakat diperlukakan komunikasi. Berbicara dimanfaatkan sebagai alat komunikasi dengan sesama atau lingkungan. Dalam kaitannya dengan fungsi bahasa, berbicara digunakan sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan mengadaftasi, mempelajari, dan mengontrol lingkungan.[41]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan berbicara sangat penting dalam kehidupan ini, baik untuk komunikasi di dalam hidup bermasyarakat maupun untuk mendapatkan pengetahuan.
                  b.      Tujuan berbicara
Tujuan utama berbicara ialah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, kemauan secara efektif, seyogyanya pembicara memahami  makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.[42]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan tujuan berbicara adalah untuk berkomunikasi, dalam berkomunikasi harus menerapkan kaedah-kaedah bahasa yang benar.
B.     Penelitian yang Relevan
Untuk menghindari duplikasi penelitian, penulis memaparkan penelitian-pelitian yang terdahulu yang berkaitan dengan variable yang penulis teliti, penelitian-penelitian tersebut sebagai berikut :
1.      Penelitian yang dilakukan oleh Susi Susanti dengan judul Meningkatkan aktivitas belajar murid dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia melalui metode Group to Group Exchang di Sekolah Dasar Negeri 039 Muara Uwai Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar.
Dalam penelitiannya, metode Group to Group Exchang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Negeri 039 Muara Uwai Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar.
2.      Saribanun dengan judul Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa kewlas V Madrasah Ibtidaiyah Swasta Rumbio Dengan Menggunakan Metode Diskusi.
Dalam penelitiannya metode diskusi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Fiqih Di MIS Rumbio.
Sepanjang pengetahuan penulis, belum ditemukan penelitian yang meneliti keaktifan belajar Bahasa Indonesia melalui metode Brain storming. Maka penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut.
C.    Hipotesis Tindakan
Berdasarkan  uraian  diatas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah : Dengan penggunaan metode  Brain Storming  dengan baik dan tepat dapat meningkatkan keaktifan belajar kemampuan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu  Kabupaten Kampar.
D.    Indikator Keberhasilan
1.      Siswa mau membentuk kelompok sesuai dengan yang dibagi guru;
2.      Siswa mau membacakan dan memperhatikan sebuah cerita;
3.      Siswa serius memperhatikan cerita yang disampaikan;
4.      Siswa bisa menyebutkan pokok-pokok masalah yang ada di dalam cerita;
5.      Siswa tidak takut memberikan pendapat atau komentar terhadap masalah yang disampaikan;
6.      Siswa mau menuliskan sebuah masalah yang sedang dihadapinya;
7.      Siswa berani membacakan masalah yang dihadapinya di depan kelas;
8.      Siswa memperhatikan dengan serius masalah yang dihadapi kawannya;
9.      Siswa tidak takut memberikan pendapat atau saran terhadap masalah yang dihadapi  kawannya;
10.  Siswa ikut bersama guru mengevaluasi pendapat-pendapat yang muncul.[43]











BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Subjek dan Objek Penelitian
Subjek yang akan diteliti adalah siswa kelas V semester II tahun ajaran 2010-2011 SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar  yaitu sebanyak 18 orang. Sedangkan objek penelitian ini adalah  metode Brain Storming dan kektifan belajar Standar Kompetensi Berbicara pada Mata Pelajaran bahasa Indonesia Kles V SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar.
B.     Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar, dipilihnya sekolah ini karena penulis menemukan permasalahan dilokasi tersebut.
C.    Rancangan Penelitian
Adapun waktu penelitian ini adalah pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. Agar penelitian ini berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan tanpa hambatan yang mengganggu kelancaran penelitian, maka peneliti menyusun tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam penelitian tindak kelas ini.
Menurut Suhardjono penelitian tindak kelas dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu : Perencanaan, tindakan, pengamatan dan Refleksi.[44]
Menurut Supardi daur ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan.[45]
Suharsimi Arikunto menggambarkan siklus berulang dalam penelitian tindak kelas seperti berikut :[46]










Perencanaan
 






Refleksi
 

SIKLUS I
 

Pelaksanaan
 
 















Pengamatan
 




Perencanaan
 





 














Refleksi
 

SIKLUS II
 

Pelaksanaan
 









Pengamatan
 


 








Rincian kegiatan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut :[47]
1.      Perencanaan
Tahapan ini berupa penyusunan rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
2.      Tindakan
Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan.
3.      Pengamatan dan observasi
Tahapan ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim ada tiga jenis observasi yaitu :
a.       Observasi langsung yaitu pengamatan yang dilakukan terhadap suatu proses dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh observer;
b.      Observari tidak langsung yaitu pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat;
c.       Observasi partisipasi yaitu pengamat harus memperlihatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati.[48]

4.      Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan tiap-tiap siklus dalam tiga pertemuan.
Masing-masing siklus dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
a.             Perencanaan
1)      Menyusun RPP;
2)      Menyiapkan sarana dan prasarana;
3)      Menyiapkan sebuah cerita;
4)      Menguasai materi yang akan dibahas;
b.      Implementasi tindakan
1)      Membagi siswa menjadi beberapa kelompok;
2)      Guru memberikan sebuah cerita kepada siswa dan meminta siswa untuk membaca secara bergantian;
3)      Melemparkan masalah yang ada dalam cerita kepada siswa;
4)      Meminta siswa untuk memberikan pendapat atau saran terhadap masalah tersebut;
5)      Guru menuliskan semua pendapat yang muncul di papan tulis;
6)      Memotivasi siswa untuk memberikan pendapat;
7)      Guru meminta siswa untuk menuliskan sebuah masalah yang pernah dihadapinya;
8)      Meminta siswa untuk menceritakan masalahnya didepan kelas;
9)      Meminta semua siswa untuk memberikan pendapat atau saran terhadap masalah yang dihadapai temannya;
10)  Terakhir guru membimbing siswa untuk mengevaluasi pendapat-pendapat yang muncul.
c. Pengamatan dan Observasi
            Sewaktu berjalannya pembelajaran, peneliti melibatkan Guru kelas V sebagai Observer, yang mana tugasnya adalah mengisi lembaran observer yang telah penulis sediakan.
d. Refleksi
pada tahap ini peneliti dan observer melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada selama pembelajaran yang harus diperbaiki.

D.    Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1.      Jenis data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
Menurut Ratna Wilis data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka, hasil perhitungan diproses dengan cara di jumlahkan dan dibandingkan sehingga dapat diperoleh persentase.[49]
Data-data yang dikumpulkan adalah data tentang aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
2.      Teknik pengumpulan data
a.       Data tentang deskrifsi penelitian ini dikumpulkan dengan cara wawancara dan dokumentasi
b.      Data tentang aktivitas guru dan siswa dikumpulkan dengan melakukan observasi yang dilakukan oleh pengamat.

E.     Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan melalui lembar observasi kemudian dianalisis.
untuk data keaktifan guru, masing-masing indikator diberi bobot 0 (nol) jika tidak dilakukan, bobot 1 (satu) jika tidak sempurna, bobot 2 (dua) jika kurang sempurna, bobot 3 (tiga) jika sempurna, bobot 4 (empat) jika sangat sempurna.
Dan untuk keaktifan siswa masing-masing indikator diberi bobot 1 (satu) jika dilakukan dan 0 (nol) jika tidak dilakukan.
Data hasil obeservasi dianalisis dengan rumus : [50]
Keterangan :
P = Angka Persentase
F = Frekwensi yang dicari Persentasenya
N = Jumlah Prekwensi Keseluruhan


1.      Keaktifan individu siswa
2.      Keaktifan masing-masing indikator
3.      Keaktifan siswa sekelas atau klasikal
4.      Keaktifan guru
Dalam menentukan kriteria penilaian tentang keaktifan siswa, maka data kuantitatif ini diubah menjadi data kualitatif dengan mengelompokkan atas 4 kriteria yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah, hal ini mengacu pada pendapat Suharsimi arikunto, adapun kriteria persentase tersebut yaitu :
1)      Persentase antara 76% - 100% dikatakan sangat tinggi;
2)      Persentase antara 56% - 75% dikatakan tinggi;
3)      Persentase antara 40% - 55 % dikatakan sedang;
4)      Persentase antara 0 – 40 % dikatakan rendah.[51]


F.     Observasi dan Refleksi
1.      Observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung peneliti juga melibatkan pengamat. Tugas dari pengamat tersebut adalah untuk melihat aktifitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung,  Hal ini dilakukan untuk memberi masukan dan pendapat terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan, sehingga masukan-masukan dari pengamat dapat dipakai untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus kedua. Pengamat ditugaskan untuk melihat aktivitas guru dan murid selama proses pembelajaran dengan mengisi lembaran observasi yang telah disiapkan.
2.      Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan, guru dan observer melakukan diskusi serta menganalisis hasil dari proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Hasil dari analisis tersebut dijadikan sebagai landasan untuk siklus berikutnya, sehingga antara siklus satu dengan silus berikutnya ada kesinambungan, dan kelemahan-kelemahan pada siklus pertama akan disempurnakan pada siklus berikutnya, sehingga pada siklus berikutnya akan lebih meningkat dari pada siklus sebelumnya. 



BAB IV
HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Setting Penelitian
1.      sejarah berdirinya SD 019 Tabing kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar
Sekolah SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar berdiri pada tahun 1964 ini berdasarkan data siswa yang ada di SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar ditemukan sejak tahun 1964, tetapi sekolah ini masih berupa Sekolah Rakyat (SR) sampai tahun 1968 pada tahun 1968 sekolah ini menjadi SD Swasta sampai pada tahun 1978, pada tahun 1978 sekolah ini sudah menjadi Negeri, dan pada tahun 2007 sekolah ini terakreditasi B+ tampa pemberitahuan. SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar dibangun dengan tiga tahap :
a.       NSB I                    : 01111 27803 19 001
b.      NSB II                  : 01111 28003 19 002
c.       NSB III                 : 01111 28303 19 003
d.      NSS                       : 011406010019 / 101140620019
e.       NIS                       : 100190
f.       NPSN                    : 10400546
g.      GUDEP                : 331/ 332
Selama berdirinya sekolah SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar ini sudah terjadi beberapa kali pergantian Kepala Sekolah.
a.       Syafri ( 1964 – 1976 )
Selama priode bapak syafri ini, sekolah SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar ini masih kurang terarah sehingga sering siswa tidak belajar karena tidak ada guru yang mengajar. Pada tahun 1976 banyak siswa yang berhenti sekolah karena tidak ada guru yang mengajar, bahkan Kepala Sekolah SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar ini pindah kekampung halamannya di Air Tiris.
b.       Mukhtar ( 1976 – 1988 )
Selama priode kepemimpinana bapak mukhtar ini sekolah SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar sudah mulai nampak seperti sekolah, namun masih sulit untuk mencari guru, sehingga pada priode ini guru hanya berjumlah 3 orang. Kepemimpinan bapak mukhtar berakhir setelah ia meninggal dunia pada tahun 1988 dan langsung diangkat bapak suhardi sebagai Kepala Sekolah.
c.       Suhardi ( 1988 – 1999 )
Selama priode kepemimpinan bapak Suhardi ini sekolah SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar sedikit maju, karena guru yang mengajar pada masa ini berjumlah 6 orang. Walaupun semuanya masih hubungan saudara dengan bapak suhardi tersebut.
Namun kepemimpinan bapak Suhardi tidak mendapat respon yang baik dari masyarakat, kerena kepemimpinannya terlalu otoriter dan terlalu kejam, dan juga terlihat sedikit kekeluargaan, itu bisa dilihat dari guru – guru di SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar pada saat itu sebagian besar adalah keluarganya, mecakup istri, paman, dan kemenakannya. Puncak ketidaksukaan masyarakat terhadap bapak Suhardi adalah pada akhir tahun 1998, warga sepakat untuk memberhentikan bapak Suhardi sebagai Kepala Sekolah dan tidak mengajar lagi di SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar.  
d.      Ishaq ( 1999 – sekarang )
Setelah diangkatnya Kepala Sekolah yang baru, secara berangsur-angsur nama baik SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar mulai terangkat, sehingga pada kepemimpinan bapak Ishaq ini SDN 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar berhasil mendapatkan beberapa penghargaan dan prestasi seperti :
1) Juara III Nasional Porsemi Tingkat SD tahun 2005;
2)      Juara II Tingkat kabupaten Porsemi tingkat SD tahun 2005;
3)      Juara II Volley Ball tingkat Kecamatan tahun 2005;
4)      Jura III Administrasi Guru Kelas III tingkat kecamatan tahun 2005;
5)      Juara III Administrasi Guru Kelas V tingkat Kecamatan tahun 2005;
6)      Juara III Harapan administrasi Guru Kelas II tingkat Kecamatan tahun 2005;
7)      Juara III lomba Mata Pelajaran tingkat Kabupaten Tahun 2006;
8)      Juara III Wiyata mandala tingkat Kabupaten Tahun 2007;
9)      Juara I Penjaga Sekolah Terbaik tingkat Kecamatan tahun 2008;
10)  Juara II Kepala Sekolah terbaik tingkat Kecamatan Tahun 2008;
11)  Juara I taman Kebersihan Tingkat Kecamatan tahun 2009;
2.  Visi dan Misi SD Negeri 019 Tabi ng Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar
a.       Visi
1)      Meningkatkan mutu pendidikan
2)      Meningkatkan marwah dan martabat sekolah
3)      Membina sekolah yang agamis
b.      Misi
1)      Membuat sekolah nyaman dan indah
2)      Menuju sekolah berprestasi
3)      Membentuk sekolah sehat
3.    Keadaan guru dan murid di SDN 019 Tabing Kecamatan koto Kampar Hulu Kabupaten kampar
a.       Keadaan guru
Untuk mengetahui keadaan guru di SD Negeri 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel I
Data Keadaan Guru dan Pegawai SD Negeri 019 Tabing
Tahun Ajaran 2010/2011
NO
NAMA
NIP
IJAZAH TERAKHIR
JABATAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Ishaq
Fauzi
Asniwati
Dedi Purwanto
Juherman
Makhrus
Mimi Herlinda
Rahma Yuni
Alvina VD
Nuraini
Ria Risnawati
Tarmizal
Akisman
109550505 198310 1 001
132 022 435
19691510 1993102 001
420 021 301
420 044 231
420 044 064
420 040 547
420 040 549
Kontrak Pusat
Kontrak Pusat
Honor Komite
Honor Komite
Honor Komite
D II
D II
S I
S I
SLTA
SLTA
D II
D II
D II
D II
D II
D II
SLTA
Kep Sek
TU
GK
GK
GA
GO
GK
GK
GK
GK
GK
GK
PJS
Sumber data : SDN 019 Tabing
b.      Kedaan Siswa
Untuk mengetahui keadaan siswa di SD Negeri 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel II
Data Keadaan Siswa-siswa SD Negeri 019 Tabing
Tahun ajaran 2010/2011
NO
KELAS
LK
PR
JUMLAH
KET
1
2
3
4
5
6
I
II
III
IV
V
VI
31
11
31
9
10
6
38
23
35
9
8
9
69
33
66
18
18
15
2 Lokal
1 Lokal
2 Lokal
1 Lokal
1 Lokal
1 Lokal
Sumber data : SDN 019 Tabing








Tabel III
Nama-nama Siswa Kelas V SD Negeri 019 Tabing
Tahun Ajaran 2010/2011 Yang di Observasi
No
No Induk
Nama Siswa
L/P
Orang Tua
Ket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
953
979
984
996
1004
1006
1025
1026
1027
1028
1035
1037
1038
1082
938
998
1167
1198
Rio Riswandi
Alpan Hairi
Egis Saputra
Resky Rahmat
Fitri Darisa
Nadia Saprina
Fitria Safitri
Muhammad Fauzan
Meri Melinda
Naili Arromah
Teguh Ijratussalam
Yelpi Rosmita
Yeli Saputri
Wazniati
Ripaldi
Ikbal
Tengku Ibnu Sandi
Ilham Ridho Mustika
L
L
L
L
P
P
P
L
P
P
L
P
P
P
L
L
L
L
Milut
Saprudin
Bimbo
Saidil Azhar
Basirun
Saprudin
Sahril
Jamalus
Riko
Saprianto
Edison Hamid, SE
Pahrul Zaman
Tahrim (Alm)
Yasminan
Linusri
Sapler
T. Zainal Amri
Ponimin

Sumber data : SDN 019 Tabing
Tabel V
Jadwal Pelajaran Kelas V SD Negeri 019 Tabing
Tahun Ajaran 2010/2011
Waktu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
sabtu
07.30-08.05
08.05-08.40
08.40-09.15
09.15-09.31
09.30-10.05
10.05-10.40
10.40-10.55
10.55-11.30
11.30-12.05
Upacara
MTK
MTK
IS
IPA
IPA
IS
IPS
IPS
B.Indo
B.Indo
SBK
TI
IPA
IPA
TI
B.Ing
B.Ing
MTK
MTK
SBK
RA
IPS
IPS
RA
Agama
Agama
MTK
MTK
H K
H
B.Indo
B.Indo
HAT
PKN
PKN
B.Indo
B.Indo
SBK
A
Armel
Armel
Senam
Orkes
Orkes
T
P.Diri
P.Diri
Sumber data : SDN 019 Tabing

B.     Hasil Penelitian
Data yang akan disajikan pada bab ini adalah hasil penelitian yang dilakukan terhadap 18 siswa kelas V SD Negeri 019 Tabing. Untuk mengetahui kektifan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui metode brain storming pada siswa kelas V SD Negeri 019 Tabing, peneliti mengobservasi siswa sebagai berikut :
1.      Membentuk kelompok sesuai dengan yang dibagi guru;
2.      Membaca dan memperhatikan sebuah cerita;
3.      Memperhatikan cerita yang disampaikan;
4.      Menyebut pokok-pokok masalah yang ada di dalam cerita;
5.      Memberikan pendapat atau komentar terhadap masalah;
6.      Menulis sebuah masalah yang dihadapi;
7.      Membacakan masalah didepan kelas;
8.      Memperhatikan masalah yang dihadapi kawan;
9.      Memberikan pendapat atau saran terhadap masalah yang dihadapi kawan;
10.  Ikut mengevaluasi pendapat-pendapat yang muncul;
Peneliti melakukan 3 kali observasi untuk meningkatkan keaktifan belajar kemampuan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
1.      Sebelum Tindakan
Pengambilan data awal tentang keaktifan berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa indonesia kelas V SD Negeri 019 Tabing adalah pada tanggal 8 Februari 2011
Data keaktifan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui metode brain storming pada siswa kelas V SD Negeri 019 Tabing sebelum tindakan dapat dilihat dari tabel dibawah ini.






Tabel VI
Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Sebelum Diadakan Tindakan

Berilah tanda  ceklis (√) pada kolom sesuai dengan tingkat pelaksanaan
No
No Induk
Nama
Aktifitas
Jml
Pst (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
953
Rio Riswandi










0
0
2
979
Alpan Khairi










0
0
3
984
Egis Saputra










0
0
4
996
Resky Rahmat










0
0
5
1004
Fitri Darisa





5
50
6
1006
Nadia Safrina










0
0
7
1025
Fitria Safitri






4
40
8
1026
M. Fauzan










0
0
9
1027
Meri Melinda







3
30
10
1028
Naili Arromah










0
0
11
1035
Teguh I




6
60
12
1037
Yelpi Rosmita










0
0
13
1038
Yeli Saputri







3
30
14
1082
Wazniati





5
50
15
938
Ripaldi










0
0
16
998
Ikbal










0
0
17
1167
Tengku Ibnu S




6
60
18
1198
Ilham Ridho M










0
0
                           Jumlah
0
6
6
4
0
1
1
7
2
5
32
-
                           Persentase
0
33
33
22
0
5.5
5.5
38
11
27
17.7
-
Sumber data : Hasil Observasi keaktifan belajar sebelum tindakan

Dari hasil observasi di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri 019 Tabing adalah “rendah” berada diantara 0 – 40% dan perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkannya.



2.       Siklus Pertama
a.       Rencana Tindakan
Siklus pertama untuk pertemuan pertama tanggal 17 Februari 2011 pertemuan kedua tanggal 18 Februari 2011 dan pertemuan ketiga pada tanggal 22 Februari 2011, jadwal penelitian ini sesuai dengan jadwal pelajaran yang ditetapkan di SD Negeri 019 Tabing yang mana dalam 1 minggu terdapat 3 kali pertemuan atau 6 jam pelajaran, sebagaimana jadwal.
Sedangkan pokok pembahasan yang akan dibahas adalah cerita rakyat mabuk karena ngantuk dan menceritakan masalah sendiri dalam standar kompetansi mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama.
Perbaikan proses pembelajaran dengan menerapkan metode brain storming, dalam siklus pertama dikelola beedasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran  (RPP 1). Proses pembelajaran diawali dengan mengabsen siswa, memotivasi siswa agar tidak takut untuk berpendapat, dan tidak malu untuk memberikan komentar, kemudian siswa dibagi menjadi 5 kelompok, yang tiga kelompok terdiri dari 4 orang dan yang 2 kelompok lagi terdiri dari 3 orang. Pembagian kelompok dibagi secara acak dengan menggunakan undian. Ini bertujuan agar tidak ada kecemburuan ocial dan juga agar semua siswa mempunyai kesempatan untuk berpendapat dan diharapkan agar saling memotivasi untuk berpendapat.
Kemudian guru memberikan sebuah cerita kepada siswa dan menyuruh beberapa orang siswa untuk membacanya, dan semua siswa diminta untuk menuliskan pokok-pokok masalah yang ada di dalam cerita tersebut. Kemudian guru melemparkan sebuah masalah yang yang ada di dalam cerita tersebut kepada siswa dan menyuruh siswa berdiskusi dengan kawan sekolompoknya untuk memberikan pendapat atau saran terhadap masalah tersebut. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendapat sedangakan guru menulis pendapat-pendapat tersebut dipapan tulis, kemudian guru membimbing siswa mengevaluasi pendapat-pendapat yang muncul. Kemudian guru meminta siswa untuk menulis dan menceritakan masalah yang pernah dihadapinya, meminta semua siswa memperhatikan dan memberikan pendapat dan saran terhadap masalah temannya, terakhir guru membimbing siswa menyimpulkan pendapat-pendapat tersebut.
b.      Tindakan
Dalam proses pembelajaran guru telah menerapkan apa-apa yang telah dirancang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran sebelumnya. Namun, dalam melaksanakan tindakan yang direncanakan ternyata terdapat beberapa rintangan seperti ada sebagian siswa yang tidak mau mengikuti kelompok yang telah ditetapkan, mereka ingin sekelompok dengan kawan-kawan biasanya dan tidak mau sekelompok dengan perempuan. Akhirnya peneliti memberikan pemahaman terhadap mereka dan tetap mengikuti kelompok sesuai dengan  yang telah ditetapkan dari undian tadi, karena peneliti melihat kalau dibiarkan mereka membagi kelompo sesuai dengan kemauannya, maka belajar akan kurang efektif kerena akan benyak yang bergelut. Selanjutnya dalam pembelajaran inti masih ada sebagian siswa yang masih malu dan takut untuk berpendapat sehingga peneliti harus sering memotivasi mereka agar berani untuk berpendapat. Terakhir dalam mengevaluasi pendapat-pendapat yang muncul masih sebagian kecil siswa yang ikut sehingga terkesan hanya guru yang lebih banyak mengevaluasi dibandingkan siswa.
c.       Observasi dan Refleksi
1)      Observasi
·         Hasil observasi keaktifan belajar siklus pertama
Hasil observasi keaktifan belajar kemampuan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui metode brain storming pada siswa kelas V SD Negeri 019 Tabing pada siklus pertama dapat dilihat dari tabel dibawah ini.





Tabel VII
Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus Pertama
dengan Menggunakan Metode Brain Storming

Berilah tanda  ceklis (√) pada kolom sesuai dengan tingkat pelaksanaan
No
No Induk
Nama
Aktifitas
Jml
Pst (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
953
Rio Riswandi









1
10
2
979
Alpan Khairi








2
20
3
984
Egis Saputra









1
10
4
996
Resky Rahmat







3
30
5
1004
Fitri Darisa



7
70
6
1006
Nadia Safrina





5
50
7
1025
Fitria Safitri


8
80
8
1026
M. Fauzan








2
20
9
1027
Meri Melinda




6
60
10
1028
Naili Arromah






4
40
11
1035
Teguh I

9
90
12
1037
Yelpi Rosmita








2
20
13
1038
Yeli Saputri





5
50
14
1082
Wazniati
10
100
15
938
Ripaldi








2
20
16
998
Ikbal








2
20
17
1167
Tengku Ibnu S
10
100
18
1198
Ilham Ridho M





5
50
                           Jumlah
18
10
9
5
4
5
5
12
5
11
84
-
                           Persentase
100
55
50
27
22
27
27
66
27
61
46.6
-
Sumber data : hasil observasi keaktifan belaljar siklus pertama

Dengan melihat tabel keaktifan berbicara siswa pada siklus pertama dapat secara keseluruhan dapat diketahui bahwa keaktifan berbicara siswa dikategorikan “sedang” karena berada diantara 40 – 55%.



·         Hasil observasi keaktifan guru siklus pertama
Hasil observasi keaktifan guru dalam pelajaran Bahasa Indonesia dengan menrapkan metode brain storming pada siswa kelas V SD Negeri 019 Tabing pada siklus pertama dapat dilihat dari tabel dibawah ini.


















Tabel IX

Lembar Observasi Keaktifan Guru ( Siklus I )
dalam Menggunakan Metode Brain Storming


Berilah tannda ceklis ( √ ) pada kolom yang sesuai dengan tingkat pelaksanaan
NO
AKTIFITAS
DILAKSANAKAN
TIDAK
DILAKSA
NAKAN
SS
S
KS
TS
1
Membagi siswa menjadi beberapa kelompok




2
Memberikan sebuah cerita kepada siswa




3
Meminta siswa untuk mendengarkan cerita dengan penuh perhatian




4
Meminta siswa untuk mencatat pokok-pokok masalah yang ada didalam cerita




5
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan komentar atau pendapat terhadap ceriita tersebut




6
Meminta masingg-masing siswa untuk menuliskan masalah yang dihadapinya dalam kertas selembar




7
Meminta siswaamembacakan masalahnya didepan kelas secara acak




8
Meminta siswa untuk memperhatikan masalah yang dihadapi kawannya




9
Meberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan atau saran terhadap masalah kawannya




10
Membimbing siswa dalam mengevaluasi pendapat atau saran yang telah di kumpulkan




         Jumlah

1
5
4


Sumber data : hasil observasi keaktifan guru siklus pertama

Dari tabel di atas dapat dilihat skor keaktifan guru sebanyak 27 jika dipersentasekan sama dengan 67.5 %. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan guru dikategorikan “tinggi”  karena berada diantara 56% - 75%.

2)      Refleksi
Berdasarkan pengamatan observer secara umum pembelajaran yang dilakukan telah bisa untuk mengaktifkan siswa untuk berbicara  karena materi yang disampaikan dan metode yang digunakan sangat cocok untuk merangsang siswa untuk berpendapat. Ini bisa dilihat ketika peneliti melemparkan masalah kepada siswa dan menyuruh siswa untuk memberikan pendapat terhadap masalah tersebut, keaktifan siswa ini juga didukung oleh hasil observasi keaktifan berbicara siswa dengan menggunakan metode brain storming meningkat jika dibandingkan dengan hasil observasi sebelum tindakan yaitu 5 komponen keaktifan siswa tergolong tinggi.
Kondisi ini terkait erat dengan keaktifan guru dalam mengaktifkan siswanya. Dalam menerapkan metode brain storming secara umum guru telah melakukan dengan sempurna ini sesuai dengan hasil observasi keaktifan guru dalam menerapkan metode brain storming. Hasil pengamatan keaktifan guru tersebut apabila dianalisis lebih lanjut dan didiskusikan dengan observer ditemukan beberapan kelemahan-kelamahan sebagai berikut : 
a)      dalam pembelajaran guru kurang mengontrol siswa dengan baik, sehingga masih banyak siswa yang kurang memperhatikan pelajaran dengan baik.
b)      Guru kurang membimbing siswa dalam mencatat pokok-pokok masalah yang ada dalam cerita, sehingga banyak siswa yang sulit untuk memahaminya.
c)      Guru kurang memotivasi siswa dalam memberikan cerita dan meminta siswa untuk menceritakan masalahnya, sehingga siswa kurang memahami cerita tersebut yang akhirnya sulit bagi siswa untuk memberikan pendapat terhadap masalah tersebut.
d)     Guru kurang memberikan pengutan terhadap siswa yang menceritakan masalahnya, sehingga siswa menjadi takut dan malu untuk menceritkan masalahnya.
e)      Guru kurang memberikan pemahaman terhadap masalah yang dilontarkan sehingga siswa sulit untuk memberikan komentar.
f)       Dalam mengevaluasi pendapat-pendapat siswa guru terlihat lebih aktif dibandingkan siswanya, sehingga terkesan guru yang mengevaluasi.
Memperhatikan deskripsi proses pembelajaran diatas dan melihat keaktifan berbicara siswa dalam  pembelajaran Bahasa Indonesia, maka berdasarkan hasil pembahasan peneliti dan pengamat terhadap perbaikan  pembelajaran pada siklus pertama terdapat beberapa kekuatan dan kelemahan pembelajaran diantaranya :
a)      Pengelolaan pembelajaran telah sesuai dengan  tahapan yang dimuat dalam RPP, namun penerapa metode brain storming masih terdapat kelemahankhususnya dalam memberikan, dan menceritakan masalah, dan memberikan pendapat terhadap masalah.
b)      Kerja kelompok siswa cukup baik
c)      Secara umum keaktifan berbicara siswa cukup baik jika dibandingkan dengan sebelum tindakan
d)     Pemotivasian siswa untuk berpendapat masih belum optiomal.
Berdasarkan hal di atas perlu diadakan siklus berikutnya, kekurangan yang perlu diatasipada siklus pertama adalah :
b)      Perlu bimbingan kepada siswa dalam membaca cerita untuk dapat memahami pokok-pokok masalah yang ada di dalamnya.
c)      Perlu mativasi yang kuat untuk membuat siswa berani untuk berpendapat dan menceritakan masalah
d)     Perbaikan dalam membimbing siswa mengevaluasi pendapat-pendapat yang muncul



1.      Siklus Kedua
Perbaikan  proses pembelajaran dengan menggunakan metode brian storming pada mata pelajaran Bahasa Indonesia belum memberikan hasil yang optimal terutama pada memberikan pendapat terhadap masalah yang dilontarkan. Ini bias dilihat dari hasil observasi pada siklus pertama. Agar keaktifan siswa lebih meningkat maka perlu dirancang suatu tindakan untuk siklua kedua. Siklus kedua dimaksudkan untuk memperbaiki tindakan pada siklus I. tindakan utama pada siklus I tetap dilaksanakan pada siklus kedua yaitu metode brain storming.
1)      Rencana
Waktu pelaksanaan siklus kedua dilakukan 1 minggu setelah siklus pertama. Pertemuan pertama pada siklus kedua ini pada tanggal 01 Maret, pertemuan keduanya pada tanggal 03 Maret, sedangkan pertemuan ketiganya pada tanggal 04 Maret. Lama waktu untuk siklus kedua adalah 3 kali pertemuan. Materi yang diberikan adalah musibah banjir dan menceritakan maslah yang pernah dihadapi.
Berdasarkan refleksi pada siklus pertama yang telah dilakukan peneliti merencanakan beberapa hal yaitu :
a)      Siswa tetap belajar secara berkelompok
b)      Guru memberikan perhatian penuh kepada siswa dalam membaca dan mendengarkan cerita.
c)      Lebih memotivasi siswa untuk berpendapat terhadap masalah yang dilontarkan
d)     Memberikan kesempatan secara merata kepada siswa untuk berpendapat.
e)      Membimbing siswa dalam mengevaluasi pendapat-pendapat yang muncul.
2)      Tindakan
Proses pembelajaran pada siklus kedua pertama kali guru memotivasi siswa untuk memberikan pendapat, untuk menceritakan masalah yang pernah dihadapinya. Selanjutnya guru meminta siswa untuk membaca cerita secara bergantian, agar semua siswa menyimak dengan baik, peneliti meminta siswa membaca cerita secara sambung menyambung sehingga semuanya menyimak pembacaan kawannya. Setelah itu guru menminta siswa untuk menuliskan pokok-pokok masalah yang ada di dalamnya, guru menjelas masalah yang ada di dalam cerita tersebut, kemudian meminta siswa untu memberikan pendapat terhadap masalah tersebut secara individu dalam setiap kelompok. Kemudian guru membimbing siswa unutuk mengevaluasi pendapat kelompok-kelompok yang telah di tulis di papan tulis, kemudian guru meminta siswa untuk menuliskan dan menceritakan masalah yang pernah dihadapinya dan sangat berkesan secara acak di depan kelas, setelah menceritakan masalahnya guru langsung meminta siswa untuk memberikan pendapat terhadap masalah yang dihadapi kawaanya, guru memberikan kesempatan kepada semua siswa secara bergantian, terakhir guru membimbing siswa mengevaluasi pendapat-pendapat tersebut.
3)      Observasi dan Refleksi
a)      Observasi
·      Hasil observasi keaktifan belajar siklus kedua
Data keaktifan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui metode brain storming pada siswa kelas V SD Negeri 019 Tabing pada siklus kedua dapat dilihat dari tabel dibawah ini.











Tabel X
Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus Kedua
dengan Menggunakan Metode Brain Storming

Berilah tanda  ceklis (√) pada kolom sesuai dengan tingkat pelaksanaan
No
No Induk
Nama
Aktifitas
Jml
Pst (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
953
Rio Riswandi


8
80
2
979
Alpan Khairi

9
90
3
984
Egis Saputra


8
80
4
996
Resky Rahmat


8
80
5
1004
Fitri Darisa
10
100
6
1006
Nadia Safrina

9
90
7
1025
Fitria Safitri
10
100
8
1026
M. Fauzan



7
70
9
1027
Meri Melinda
10
100
10
1028
Naili Arromah


8
80
11
1035
Teguh I
10
100
12
1037
Yelpi Rosmita
10
100
13
1038
Yeli Saputri
10
100
14
1082
Wazniati
10
100
15
938
Ripaldi



7
70
16
998
Ikbal



7
70
17
1167
Tengku Ibnu S
10
100
18
1198
Ilham Ridho M

9
90
                           Jumlah
18
18
15
14
17
15
15
15
15
18
160
-
                           Persentase
100
100
83
77
94
83
83
83
83
100
88.8
-
Sumber data : hasil observasi keaktifan belajar siklus kedua

Dengan melihat tabel keaktifan berbicara siswa pada siklus kedua secara keseluruhan dapat diketahui bahwa keaktifan berbicara siswa dikategorikan “sangat tinggi” karena berada diantara 76 – 100 %.



·      Hasil observasi keaktifan guru
Hasil observasi keaktifan guru dalam pelajaran Bahasa Indonesia dengan menrapkan metode brain storming pada siswa kelas V SD Negeri 019 Tabing pada siklus kedua dapat dilihat dari tabel dibawah ini.


















Tabel XI

Lembar Observasi Keaktifan Guru ( Siklus I )
Dalam Menggunakan Metode Brain Storming

Berilah tannda ceklis ( √ ) pada kolom yang sesuai dengan tingkat pelaksanaan
NO
AKTIFITAS
DILAKSANAKAN
TIDAK
DILAKSA
NAKAN
SS
S
KS
TS
1
Membagi siswa menjadi beberapa kelompok




2
Memberikan sebuah cerita kepada siswa




3
Meminta siswa untuk mendengarkan cerita dengan penuh perhatian




4
Meminta siswa untuk mencatat pokok-pokok masalah yang ada didalam cerita




5
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan komentar atau pendapat terhadap ceriita tersebut




6
Meminta masingg-masing siswa untuk menuliskan masalah yang dihadapinya dalam kertas selembar




7
Meminta siswaamembacakan masalahnya didepan kelas secara acak




8
Meminta siswa untuk memperhatikan masalah yang dihadapi kawannya




9
Meberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan atau saran terhadap masalah kawannya




10
Membimbing siswa dalam mengevaluasi pendapat atau saran yang telah di kumpulkan




         Jumlah

6
4



Sumber data : hasil observasi keaktifan guru siklus kedua

Dari tabel di atas dapat dilihat skor keaktifan guru sebanyak 36 jika dipersentasekan sama dengan 90 %. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan guru dikategorikan “sangat tinggi”  karena berada diantara 76% - 100%.

b)      Refleksi
Seperti halnya pada siklus pertama pengamatan didasarkan pada dua hal yaitu pengamatan terhadap keaktifan guru dalam mengaktifkan siswanya dalam berbicara, dan keaktifan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun hasil pengamatan pada siklus kedua menunjukkan peningkatan, baik keaktifan guru maupun keaktifan berbicara siswanya dalam belajar. Ini berdasarkan pengamatan observer terhadap sepuluh komponen.
Jika diperhatikan dari siklus kedua, tingkat keaktifan berbicara siswa dalam belajar mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus pertama. Artinya tindakan yang diberikan oleh guru pada tindakan kedua berdampak baik pada keaktifan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini memberikan gambaran bahwa untuk berani berpendapat siswa membutuhkan waktu secara berlahan-lahan, pada awalnya siswa perlu bimbingan insentif untuk berpendapat, namun pada akhirnya siswa sudah bisa untuk berpendapat dengan sendirinya.

C.    Pembahasan
Dari hasil penelitian pada siklus pertama menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam belajar kemampuan berbicara pada siklus pertama secara keseluruhan dikategorikan “sedang” karena berada diantara 40 – 55%. Namun masih ada beberapa hal yang masih rendah. Hal ini disebabkan oleh pengolahan pembelajaran pada siklus pertama yang belum optimal. Namun kelemahan-kelamahan pada siklus pertama tersebut dapat diatasi pada siklus kedua, sehingga keaktifan belajar siswa pada siklus kedua meningkat. Begitu juga dengan keaktifan guru, mengalami peningkatan dari siklus pertama yang dikategorikan “baik”. Pada siklus kedua keaktifan guru dikategorikan “sangat baik”.
Perbandingan  keaktifan belajar kemampuan berbicara siswa pada siklus pertama dengan siklus kedua dapat dilihat dari tabel dibawah ini :







Tabel X

Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Siklus Pertama dan Siklus Kedua


NO

INDIKATOR
JUMLAH SISWA YANG AKTIF
KET
SIKLUS I

SIKLUS II

1
Membentuk kelompok sesuai dengan yang dibagi guru
18
18
Sama
2
Membaca dan memperhatikan sebuah cerita 
10
18
Meningkat
3
Memperhatikan cerita yang disampaikan
9
15
Meningkat
4
Menyebut pokok-pokok masalah yang ada di dalam cerita
5
14
Meningkat
5
Memberikan pendapat atau komentar terhadap masalah
4
17
Meningkat
6
Menulis sebuah masalah yang dihadapi
5
15
Meningkat
7
Membacakan masalah didepan kelas
5
15
Meningkat
8
Memperhatikan masalah yang dihadapi kawan
12
15
Meningkat
9
Memberikan pendapat atau saran terhadap masalah yang dihadapi kawan
5
15
Meningkat
10
Ikut mengevaluasi pendapat-pendapat yang muncul
11
18
Meningkat

Jumlah

84
160

Meningkat

Sumber data : hasil observasi keaktifan siswa siklus pertama dan kedua

Dari tabel di atas dapat dilihat secara umum keaktifan belajar kemampuan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siklus kedua meningkat  dari pada siklus pertama. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari penjelasan di bawah ini.
a.       Membentuk kelompok sesuai dengan yang dibagi guru, siswa yang  aktif pada siklus pertama adalah 100 % dan dikategorikan sangat tinggi, dan pada siklus kedua adalah 100 % dan di kategorikan sangat tinggi. Pada indicator ini keaktifan belajar siswa pada siklus pertama dan siklus kedua sama.
b.      Membaca dan memperhatikan sebuah cerita,   siswa yang aktif pada siklus pertama adalah 55 % dan diketegorikan sedang, sedangkan pada siklus kedua adalah 100 % dan dikategorikan sangat tinggi. jika dibandingkan dengan siklus pertama terjadi peningkatan pada siklus kedua sebesar 45 %.
c.       Memperhatikan cerita yang disampaikan, siswa yang aktif  pada siklus pertama adalah 50 % dan dikategorikan sedang, sedangkan pada siklus kedua  adalah 83 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan siklus pertama terjadi peningkatan pada siklus kedua sebesar 33 %.
d.      Menyebut pokok-pokok masalah yang ada di dalam cerita, siswa yang aktif  pada siklus pertama adalah 27 % dan dikategorikan rendah, sedangkan pada siklus kedua  adalah 77 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan siklus pertama terjadi peningkatan pada siklus kedua sebesar 50  %.
e.       Memberikan pendapat atau komentar terhadap masalah, siswa yang aktif  pada siklus pertama adalah 22 % dan dikategorikan rendah, sedangkan pada siklus kedua  adalah 94 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan siklus pertama terjadi peningkatan pada siklus kedua sebesar 72 %.
f.       Menulis sebuah masalah yang dihadapi, siswa yang aktif  pada siklus pertama adalah 27 % dan dikategorikan rendah, sedangkan pada siklus kedua  adalah 83 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan siklus pertama terjadi peningkatan pada siklus kedua sebesar 56 %.
g.      Membacakan masalah didepan kelas, siswa yang aktif  pada siklus pertama adalah 27 % dan dikategorikan rendah, sedangkan pada siklus kedua  adalah 83 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan siklus pertama terjadi peningkatan pada siklus kedua sebesar 56 %.
h.      Memperhatikan masalah yang dihadapi kawan, siswa yang aktif  pada siklus pertama adalah 66 % dan dikategorikan tinggi, sedangkan pada siklus kedua  adalah 83 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan siklus pertama terjadi peningkatan pada siklus kedua sebesar 17 %.
i.        Memberikan pendapat atau saran terhadap masalah yang dihadapi kawan, siswa yang aktif  pada siklus pertama adalah 27 % dan dikategorikan rendah, sedangkan pada siklus kedua  adalah 83 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan siklus pertama terjadi peningkatan pada siklus kedua sebesar 56 %.
j.        Ikut mengevaluasi pendapat-pendapat yang muncul, siswa yang aktif  pada siklus pertama adalah 61 % dan dikategorikan tinggi, sedangkan pada siklus kedua  adalah 100 % dan dikategorikan sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan siklus pertama terjadi peningkatan pada siklus kedua sebesar 39 %.









BAB V
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis terhadap penelitian yang telah dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Metode brain storming dapat meningkatkan keaktifan belajar kemampuan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar;
2.      Usaha guru dalam meningkatkan keaktifan belajar kemampuan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 019 Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar adalah sangat tinggi.
B.     SARAN
Berdasar hasil penelitian diatas penulis memberikan saran-saran kepada pembaca yang berhubungan dengan penerapan metode brain storming dalam meningkatkan keaktifan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
1.      Diharapkan kepada peneliti – peneliti yang akan datang jika ingin melanjutkan penelitian ini, maka ditekankan pada indikator menyebutkan pokok-pokok masalah yang ada di dalam cerita.
2.      Diharapkan kapada guru  hendaknya menerapkan metode brain storming  ini  litian ini, maka yang harus lebih pada mata pelajaran lain, agar siswa selalu aktif dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung:  Remaja Rosda Karya, 1996.

Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara, 2005.
A Surjadi. Membuat Siswa Aktif Belajar. Mandar Maju, 1989.
Desi, Penerapan Metode Pengajaran Unit untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTS Khairul Ummah Air Molek, Pekanbaru: Skripsi UIN SUSKA Riau, 2009.

http://kamusbahasaindonesia.org/keaktifan
http://kamusbahasaindonesia.org/meningkatkan
http://nawawielfatru.blogspot.com/2010/07/keaktifan-belajar.html#comments
M. Subana dan Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Nana Sudjana, Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001.

Pengembangan Silabus kelas V Semester Genap (II) SD Negeri 019Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu. 2008.

Ramayulis.  Metodologi pendidikan agama Isla. Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
Roestiyah, N. K. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Saribanun. Meningkatkan AktiviotasBelajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Swasta Rumbio Dengan Menggunakan Metode Diskusi. Pekanbaru: Skripsi UIN Suska Riau. 2008.

Sudijono Anas. Statistik Pendidika. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
St. Y. Slamet. Dasar-dasar Keterampilan Berbahas Indonesia. Surakarta: Sebelas Maret University, 2008.

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Suharsimi Arikunto. dkk, Penelitian Tindak Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2009

 
Susi Susanti. Meningkatkan Aktivitas Belajar Murid dalam Proses Pembalajaran Bahasa Indonesia melalui Metode group to group Exachang Disekolah Dasar Negeri 039 muara Uwai Kenamatan Bangkinang seberang Kabupaten Kampar. Pekanbaru:   Skripsi UIN Suska Riau, 2008.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Startegi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.  Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembalajaran. Bandung: AL-Fabeta, 2006.
Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa. Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Jakarta: Pustaka Widyatama, 2007.

Zulfan Saam. Metode Penelitian. Pekanbaru: Unri Press, 2001.





[1] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,  (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 1
[2] Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005),  hlm. 173
[3] Roestiyah, N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),  hlm. 1
[4] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit. hlm. 3
[5] St. Y. Slamet, Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Surakarta: Sebelas Maret University, 2008), hlm. 2.
[6] Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 2005),  hlm, 13-14.
[7] Roestiyah, N. K, Op. Cit. hlm. 74
[8] St. Y. Slamet, Op. Cit,  hlm. 50.
[9] M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 106
[10] St. Y. Slamet, Op. Cit, hlm. 50-51
[11] http://kamusbahasaindonesia.org/meningkatkan
[12] http://kamusbahasaindonesia.org/keaktifan
[13] Pengembangan Silabus kelas V Semester Genap (II) (SD Negeri 019Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu. 2008), hlm. 38
[14] Rotiyah N. K., Op. Cit,  hlm. 74
[15] Saribanun, Meningkatkan AktivitasBelajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Swasta Rumbio Dengan Menggunakan Metode Diskusi, (Pekanbaru; Skripsi UIN Suska Riau, 2008),  hlm. 10
[16] http://nawawielfatru.blogspot.com/2010/07/keaktifan-belajar.html
[17] Loc.Cit.
[18] Desi, Penerapan Metode Pengajaran Unit untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTS Khairul Ummah Air Molek, (Pekanbaru: Skripsi UIN SUSKA Riau, 2009), hlm. 8-9.
[19] Dr. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung:  Remaja Rosda Karya, 1996), hlm. 148
[20] Pengembangan Silabus Kelas V, Op. Ci, hlm. 83
[21] Susi Susanti, Meningkatkan Aktivitas Belajar Murid dalam Proses Pembalajaran Bahasa Indonesia melalui Metode group to group Exachang Disekolah Dasar Negeri 039 muara Uwai Kenamatan Bangkinang seberang Kabupaten Kampar, (pekanbaru: Skripsi UIN Suska Riau, 2008), hlm. 10
[22] Ibid. hlm. 11
[23] Syiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cifta, 2000), hlm. 43-48
[24] Roestiyah N K, Op. Cit. hlm. 74
[25] Loc. Cit
[26] M.Subana dan Sunarti, Op. Cit. hlm. 105
[27] H. Syiful sagala, Konsep dan Makna Pembalajaran. (Bandung: AL-Fabeta, 2006), hlm. 210
[28] St. Y. Slamet, Op. Cit, hlm. 50
[29] Drs. A. Surjadi, M. A., Ph. D, Membuat Siswa Aktif Belajar, (Bandung: Mandar Maju,  1989), hlm. 33
[30] Rostiyah N K, Op. Cit,  hlm. 74
[31] Drs. A. Surjadi, M. A., Ph. D,Op. Cit, hlm. 33
[32] M.Subana, dan Sunarti, Op. Cit. hlm. 106
[33] Ibid. hlm.  106-107
[34] A. Surjadi, Op. Cit, hlm. 33-34
[35] Roestiyah, N. K.,  Op. Cit,  hlm. 74
[36] M. Subana, dan Sunarti, Op. Cit,  hlm. 107
[37] Roestiyah N. K, Op. Cit, hlm. 75
[38] St. Y. Slamet, Dasar-dasar Keterampilan Berbahas Indonesia, (Surakarta: Sebelas Maret University, 2008), hlm. v  
[39] Loc. Cit
[40] Ibid. hlm. 1
[41] St. Y. Slamet,  Op. Cit, hlm. 33
[42] St. Y. Slamet, Op. Cit, hlm. 36
[43] Pengembangan Silabus Kelas V, Op. Cit, hlm. 83
[44] Suharsimi Arikunto,  dkk, Penelitian Tindak Kelas, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009),  hlm. 73
[45] Suharsimi Arikunto, dkk, Op. Cit, hlm. 104
[46] Suharsimi Arikunto, dkk, Op. Cit, hlm. 16
[47]Suharsimi  Arikunto, dkk, Op. Cit,  hlm. 75-80
[48] Nana Sudjana, Ibrahim,  Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001), hlm. 112
[49] Ratna Wilis, Peningakatan Kemampuan Menggunakan Huruf  Kapital dalam Kaliimat dengan Model pembelajaran Kooperatif Tipe True or False pada Siswa Kelas III MIS rumbio Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar, (Pekanbaru: Skripsi UIN Suska Riau , 2009), hlm. 26
[50] Sidijono Anas, Statistik Pendidikan,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 43
[51] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 246